Home

Jumat, 30 November 2012

Grup Astra Hadapi Tantangan Berat Tahun Depan

Bandung, KompasOtomotif - Grup Astra yang mayoritas bisnisnya di sektor otomotif mengaku akan menghadapi tantangan lebih berat tahun depan. Pasalnya, ditetapkannya upah minimum provinsi (UMP) Rp2,2 juta dan dinaikkannya uang pangkal (DP) kredit syariah memberi dampak yang menggerahkan.

Prijono Sugiarto, Presiden Direktur PT Astra International Tbk (Grup Astra) mengatakan, 50 persen bidang usaha Astra berasal dari sektor otomotif murni. Selebihnya, 5-10 persen dari lembaga pembiayaan yang juga berpengaruh langsung pada otomotif.

"Kalau tahun ini, kami sudah memprediksinya dari tahun sebelumnya dan bisa diantisipasi. Tapi tahun depan, dampaknya sudah terjadi, jadi memang tantangannya lebih berat," komentar Prijono di Wokrshop Wartawan Industri & Otomotif 2012, Bandung, Jawa Barat, (30/11/2012).

Tidak terlalu optimis

Meski ada dua rintangan tersebut, target awal penjualan mobil yang dipatok 1 juta unit, menurut Sudirman Maman Rusdi, Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor (ADM) kemungkinan besar tercapai. Keyakainan itu dilatari hasil penjualan sepanjang sepuluh bulan pertama sudah mencapai 923.000 unit.Namun, untuk tahun depan, ia tidak terlalu optimis karena dipicu dua kebijakan di atas, plus isu kenaikan harga BBM.

Johannes Loman, Wakil Presiden Direktur Eksekutif PT Astra Honda Motor (AHM) menambahkan, dari industri sepeda motor pun kondisi serupa. Bahkan, beban kenaikan DP syariah dinilai menjadi yang paling berat karena saat ini dipilih menjadi alternatif pembayaran konsumen, semenjak Juni 2012 (DP bank dan lembaga pembiayaan umum mulai naik).

Sampai kini, lanjutnya, tercatat 75 persen dari total penjualan kredit memanfaatkan lembaga pembiayaan atau perbankan syariah. "Target pasar tahun ini diprediksi 7 - 7,05 juta unit dan tahun depan sepertinya tetap flat (tetap). Tapi dengan kenaikan DP syariah April 2013, akan turun lagi cuma seberapa besar masih dihitung," beber Loman.

Produktivitas

Prijono menambahkan, tekanan juga datang dari sektor lain seperti harga komoditas pertambangan yang turun seperti CPO (minyak sawit) dan batubara. Krisis ekonomi di Amerika Serikat, Eropa, serta perlambatan China mempengaruhi konsumsi batubara yang salah satunya diimpor dari Indonesia.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menghadapi tantangan tahun depan adalah dengan meingkatkan produktivitas dan meningkatkan efisiensi. "Saya masih percaya pasar Indonesia akan besar nantinya, jangan berpangku pada tantangan berat yang dihadapi tahun depan. Tapi, tahun-tahun selanjutnya akan lebih besar lagi, kami masih optimis," tegas Prijono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar